Daripada bingung mau posting apa, mendingan juga saya kasih
tahu rahasia dibalik penciptaan lagu-lagu karya saya sendiri. Gini-gini juga saya punya darah musisi loh, tapi dari siapanya sih saya ga tau, hehehe… kira-kira
waktu tahun 2010, saya punya niat pengen bikin album mandiri yang nantinya saya bagikan sama temen-temen saya yang wisuda. Tapi sayang lagunya banyak yang
ilang, Cuma ini yang selamat dan masih diingat…
Ini lagu pertama yang akan diungkap setajam lading. Judulnya
Oh Inikah Negeri Kita. Simak dulu liriknya ya…
Oh Inikah Negeri Kita
Jauh ku
menatap
Hamparan
yang luas
Kini tak
lagi indah
Hanyalah
cerita
Yang bisa ku
dengar
Indahnya
negeri kita
Dalam hatiku
bertanya
Oh mengapa
Ini semua
harus terjadi
Kapankah
berubah
Tatanan
negeri kita
Aman tentram
dan damai
Ku ingin
semua
Menjadi
lebih indah
Seperti
dalam cerita
Dalam hatiku
berkata
Nusantara
Kau harus
berubah
Oh inikah
Negeri kita
Yang subur
dan kaya raya
Tapi mengapa
Negeri kita
Tak lagi
merdeka
Semua
berebut kekuasaan
Hanya demi
uang setan
Tanpa peduli
suara rakyat
Yang
menjerit kelaparan
Bicara
sedikit dia tangkap
Kumpul-kumpul
dibubarkan
Tanah rakyat
dirampas
Lagu ini saya ciptakan sekitar tahun 2008 awal. Pada waktu
itu saya belum masuk kuliah di fakultas psikologi, jadi saya punya banyak waktu
buat bikin lagu. Saya masih inget banget pas bikin lagu ini. Tempatnya di kamar
pojok IMMAN (Ikatan Mutakharrijin Madrasah Aliyah Negeri) Babakan Ciwaringin
Cirebon Cabang Jakarta. Dan waktu itu saya masih rajin turun ke jalan untuk
menyuarakan suara rakyat yang sampai saat ini masih tertindas.
Waktu itu saya tuh kesel banget sama pemerintah, banyak
ketidakadilan terlihat, korupsi di mana-mana, dan yang jelas kata-kata terakhir
(kumpul-kumpul dibubarkan) sangat menggambarkan sekali perasaan saya pas aksi. Padahal
mahasiswa datang dengan niat yang baik, tetapi lagi-lagi aparat keamanan
membubarkan secara paksa aksi tersebut. Mahasiswa tidak punya senjata, hanya
bermodalkan toa dan bendera. Sementara mereka…sudah bawa senjata, sukanya
memprovokasi mahasiswa. Tetapi saya yakin dengan cara ini mereka pasti akan
mendengar jeritan rakyat, walaupun cuma mendengar.
Setahun saya di Jakarta, saya baru sadar kalo ternyata Jakarta
sudah tidak mempunyai sawah. Jadi saya masukkan di awal lagu yang memiliki kesan
bahwa saya waktu itu belum bisa beradaptasi dengan kehidupan kota. Maklum saya ini kan anak pantura yang dekat dengan persawahan. Hidup itu keras bos…
Lagu ini pernah saya bawakan pas Anniversary KOLEKAN yang ke-dua, dan pernah juga saya nyanyikan di depan para seniman dan sastrawan yang usianya tidak lagi muda. Mereka kebanyakan angkatan '65.
Cuma ini yang aku ingat…
No comments:
Post a Comment
Ku tunggu komentarmu...