SELAMAT DATANG SOBAT BLOGGER

Wednesday, February 1, 2012

Dibalik Penciptaan Lagu Oh Inikah Negeri Kita

Daripada bingung mau posting apa, mendingan juga saya kasih tahu rahasia dibalik penciptaan lagu-lagu karya saya sendiri. Gini-gini juga saya punya darah musisi loh, tapi dari siapanya sih saya ga tau, hehehe… kira-kira waktu tahun 2010, saya punya niat pengen bikin album mandiri yang nantinya saya bagikan sama temen-temen saya yang wisuda. Tapi sayang lagunya banyak yang ilang, Cuma ini yang selamat dan masih diingat…

Ini lagu pertama yang akan diungkap setajam lading. Judulnya Oh Inikah Negeri Kita. Simak dulu liriknya ya…


Oh Inikah Negeri Kita

Jauh ku menatap
Hamparan yang luas
Kini tak lagi indah
Hanyalah cerita
Yang bisa ku dengar
Indahnya negeri kita

Dalam hatiku bertanya
Oh mengapa
Ini semua harus terjadi

Kapankah berubah
Tatanan negeri kita
Aman tentram dan damai
Ku ingin semua
Menjadi lebih indah
Seperti dalam cerita

Dalam hatiku berkata
Nusantara
Kau harus berubah

Oh inikah
Negeri kita
Yang subur dan kaya raya
Tapi mengapa
Negeri kita
Tak lagi merdeka

Semua berebut kekuasaan
Hanya demi uang setan
Tanpa peduli suara rakyat
Yang menjerit kelaparan
Bicara sedikit dia tangkap
Kumpul-kumpul dibubarkan
Tanah rakyat dirampas
Kemiskinan merajalela


Lagu ini saya ciptakan sekitar tahun 2008 awal. Pada waktu itu saya belum masuk kuliah di fakultas psikologi, jadi saya punya banyak waktu buat bikin lagu. Saya masih inget banget pas bikin lagu ini. Tempatnya di kamar pojok IMMAN (Ikatan Mutakharrijin Madrasah Aliyah Negeri) Babakan Ciwaringin Cirebon Cabang Jakarta. Dan waktu itu saya masih rajin turun ke jalan untuk menyuarakan suara rakyat yang sampai saat ini masih tertindas.

Waktu itu saya tuh kesel banget sama pemerintah, banyak ketidakadilan terlihat, korupsi di mana-mana, dan yang jelas kata-kata terakhir (kumpul-kumpul dibubarkan) sangat menggambarkan sekali perasaan saya pas aksi. Padahal mahasiswa datang dengan niat yang baik, tetapi lagi-lagi aparat keamanan membubarkan secara paksa aksi tersebut. Mahasiswa tidak punya senjata, hanya bermodalkan toa dan bendera. Sementara mereka…sudah bawa senjata, sukanya memprovokasi mahasiswa. Tetapi saya yakin dengan cara ini mereka pasti akan mendengar jeritan rakyat, walaupun cuma mendengar.

Setahun saya di Jakarta, saya baru sadar kalo ternyata Jakarta sudah tidak mempunyai sawah. Jadi saya masukkan di awal lagu yang memiliki kesan bahwa saya waktu itu belum bisa beradaptasi dengan kehidupan kota. Maklum saya ini kan anak pantura yang dekat dengan persawahan. Hidup itu keras bos…

Lagu ini pernah saya bawakan pas Anniversary KOLEKAN yang ke-dua, dan pernah juga saya nyanyikan di depan para seniman dan sastrawan yang usianya tidak lagi muda. Mereka kebanyakan angkatan '65.
Cuma ini yang aku ingat…

No comments:

Post a Comment

Ku tunggu komentarmu...